Kamis, 02 Februari 2012

laporan stabilitas obat

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
        Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala besar, yang melalui waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu daya tahan selama kurang lebih 5 tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun dalam kasus yang kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur, sebaiknya menunjukkan suatu stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan. Akan tetapi untuk preparat yang terakhir disusun dengan suatu pembatasan dari waktu penyimpanan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif, keadaan galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat mikrobiologis dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala perubahan yang diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Untuk barang jadi obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keterangan yang telah dibuat dalam peraturan yang baik.
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan.
Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan dari bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu, kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi yang yang berkurang nilainya. Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam skala tinggi adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaan dalam obat padat, seperti serbuk, bubuk, dan tablet.
Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita bahwa betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat tersebut aman dan dapat bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
I.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat.

I.3 Tujuan Praktikum
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.
2. Menentukan energi aktivitas dari reaksi penguraian suatu zat.
3. Menentukan usia simpan suatu zat. 
I.4  Prinsip Percobaan
Penentuan stabilitas obat Paracetamol menggunakan metode grafik berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 untuk penentuan umur simpan tablet Paracetamol dan menggunakan instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 40o, 50o, dan 60o.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Tidak tergantung dari karakter jalannya proses jalannya penguraian (perubahan kimia, fisika dan mikrobiologis) adalah terpenting untuk mengetahui waktu yang mana bahan obat atau sistem bahan obat dibawah persyaratan lingkungan tertentu. Memenuhi tuntutan yang telah dilaporkan. Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai 2 metode yakni (1) tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama ruang waktu yang diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan di dalam lemari pendingin atau ruang pendingin dan dalam jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan dikontrol kandungan bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika. (2) tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan ini digunakan membuat peraturan kinetika reaksi, lagi pula penguraian dipelajari pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan pada suhu penyimpanan (Voight, 1995).
Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering menyebabkan kerugian dalam potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam hasil benzilpenisilin dalam aktivitas antimikroba yang lebih rendah. dalam contoh beberapa produk degradasi dari obat mungkin degradasi beracun suatu eksipien dapat menimbulkan masalah stabilitas fisik atau mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung lebih mudah dalam keadaan cair daripada dalam keadaan padat sehingga masalah stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair (Walter, 1994).
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek terapi aktif. farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan produk yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal kedaluwarsa. apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi ketika pencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan kepada pasien setiap perubahan yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan (Parrot,  1978).
Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan. urutan keseluruhan reaksi adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi (Parrot, 1978).
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuan perubahan konsentrasi per periode waktu, misalnya, mol per liter per jam, dan laju reaksi kimia yang terjadi dalam larutan biasanya sebanding dengan konsentrasi spesies reaksi sebagai berikut ( Martin, 1971).
Rate =     = C

Orde reaksi Nol
Reaksi orde nol di mana tingkat adalah independen dari konsentrasi reaktan. Laju reaksi ditentukan oleh faktor lain, seperti penyerapan cahaya dalam reaksi fotokimia atau tingkat difusi dalam reaksi permukaan tertentu (Parrot, 1978).
Tingkat urutan nol adalah sebagai berikut
 

Dimana K adalah konstanta laju orde nol, yang memiliki dimensi konsentrasi dibagi oleh misalnya waktu mol per liter per jam.


Persamaan diferensial di atas pada hasil integrasi
C = -Kot + Co
Di mana C adalah konsentrasi awal
Orde Reaksi Satu
Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi zat bereaksi. matematis, hal ini dapat dinyatakan sebagai  (Parrot, 1978).
Log C = 
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim, 2010) :
a.    Kecepatan reaksi
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c.    Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai peristiwa ini :
1.    Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
2.    Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.
3.    Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.
4.    Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.
Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan dalam kondisi reaksi seperti temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu komponen yang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksi mempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara eksperimen, suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam kemiringan garis yang diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena perubahan dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi (Martin, 1983) .
Konstanta laju yang didapat dari reaksi-reaksi yang mengandung sejumlah langkah molekularita yang berbeda merupakan fungsi konstanta laju spesifik untuk berbagai bentuk langkah. Setiap perubahan dalam sifat-sifat dari suatu langkah yang disebabkan modifikasi pada kondisi reaksi itu atau pada sifat-sifat dari molekul yang terlibat dalam langkah-langkah ini, akan menyebabkan perubahan harga konstanta laju keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta laju keseluruhan dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna mengenai suatu reaksi, segala sesuatu yang mempengaruhi konstanta laju spesifik akan mempengaruhi laju yang lainnya, maka sulit untuk memberikan arti variasi dalam konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini (Martin, 1983).
Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur obat. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya (Martin, 1983) :
1)    Metode substitusi
Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. jika persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2)    Metode grafik
Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mulanya,reaksi adalah orde ketiga.
3)    Metode waktu paruh
Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal, a. Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk reaksi orde kedua, dimana a = b  sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh reaktan sama.
Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Martin, 1983).
Ketidakstabilan yang terpenting adalah secara fisika :
a.    Perubahan struktur kristal
Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya mereka berkemampuan muntuk muncul dalam modifikasi yang berlainan. Selama penyimpanan dapat berlangsung perubahan polimorf, yang disebabkan perubhan lingkungan dalam sediaan obat yang tidak dapat dilihat secara orgaleptik, tetapi umumnya menyebabkan perubahan dalam sikap pelepasan dan sikap rebsorbsinya (Ansel, 1985).
b.    Perubahan keadaan distribusi
Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem berfase banyak memungkinkan terjadi munculnya pemisahan, yang mula-mula terasakan hanya sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat dilihat secara mikroskopis, tetapi dalam stadium yang lebih maju dapat juga dilihat secara makroskopis sebagai sedimentasi atau pengapungan (Ansel, 1985).


c.    Perubahan konsistensi dan agregat
Sediaan obat semi padat seperti salep dan pasta selama penyimpanannya seringkali mengeras kemudia yang dalam kasus ekstrim mengarahnya padda suatu kerugian daya penerapannya (Ansel, 1985).
d.    Perubahan perbandingan kelarutan
Pada sistem dispersi monokuler misalnya larutan bahan obat dapat menyebabkan terlampauinya produk kelarutan, dengan demikian terjadi pemisahan (pengendapan) dari bahan terlarut melampaui perubahan konsentrasi yang disebabkan oleh penguapan bahan pelarut atau melalui perubahan suhu (Ansel, 1985).
e.    Perubahan perbandingan hidratasi
Melalui pengambilan atau pelepasan dari cairan perbandingan hidratasi senyawa dipengaruhi dan denggan demikian menentukan sifat. Contoh yang jelas nyata adalah pencairan atau menjadi kotornya ekstrak disebabkan oleh higroskopisitas yang besar dari sediaan ini (Ansel, 1985).
Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim, 2010).
Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil daripada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai oleh  percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu kestabilan obat yang sempurna (Martin, 1983).
Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat memiliki efek yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan juga dengan ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat murni kelarutannya pada suhu 37ยบ C telah ditentukan bagian fungsi dari pil unuk ke suatu bentuk Kristal (Martin, 1983).
Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi dilakukan pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut disimpan. Misalnya pada temperatur kamar. Ternyata metode ini memerlukan waktu yang lama dan tidak ekonomis. Sekarang waktu mempercepat analisis dapat dilakukan test stabilitas dipercepat yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi. Dengan membandingkan dua harga K pada temperatur yng berbeda dapat dihitung energi aktivasinya sehingga K pada suhu kamarpun dapat dihitung. Harga K pada suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat (Martin, 1983).
Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena mengalami degradasi. Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena mengalami degradasi. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan racun oleh produk-produk yang berbahaya bagi pasien. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan Racun oleh produk-produk yang menggila bagi Pasien. Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya. Ketidakstabilan mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya (Anonim, 2010).

II.2 Uraian Bahan
1.    Air Suling (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi    :     AQUA DESTILLATA
Nama lain    :     Air suling
RM/BM    :    H2O / 18,02
Pemerian     :    Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan    :    Sebagai pelarut
2.  NaOH (Ditjen POM, 1979)
             Nama resmi    : NATRII HYDROXYDUM
             Nama lain    : Natrium Hidroksida
RM/BM    :    NaOH / 40,00
             Pemerian    : Bentuk batang, butiran, massa hablur, keeping, rapuh dan       dan menunjukkan susunan hablur, putih mudah meleleh  Basah. Sangat alkalis dan korosif segera menyerap CO2.
Kelarutan    :     Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%
Penyimpanan    :     Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan     :     Sebagai pelarut parasetamol
II. 3 Uraian Obat
        1. Paracetamol (DIH, 2009)
Indikasi        :  Nyeri ringan sampai sedang
Kontra indikasi        :  Hipersensitivitas terhadap paracetamol dan
    komponen    obat lainnya.
Golongan        :  Analgesik Non Narkotik
Dosis         : Dewasa dan anak > 12 tahun : oral 650 mg atau 1 g  tiap 4-6 jam bila perlu maksikum 4 gr/hari.
Farmakologi              :    Memiliki afinitas sebagai analgesik dan antipiretik.
Stabillitas            :     Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30o. Sediaan dalam bentuk larutan tidak boleh dibekukan.
Efek Samping            :   Ruam kulit, kelainan darah, pankretis akut.
Mekanisme Kerja        :     Bekerja langsung pada pusat pengendalian panas di hipotalamus dan menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat.
Kegunaanya         :     Sebagai sampel

II.4 Prosedur Kerja (Anonim, 2010)
a.    Penyiapan larutan uji
•    Larutkan 250 mg paracetamol dalam 100 ml NaOH 0,1 M kemudian ditambahkan air hingga 250 ml (1000 ppm)
•    Dari larutan 1000 ppm dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4, dan 5 ml ke dalam masing-masing labu takar 50 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan air (20, 40, 60, 80, dan 100 ppm).
b.    Penentuan panjang gelombang maksimal
       Tentukan panjang gelombang maksimum paracetamol dengan menggunakan larutan paracetamol 40 ppm pada panjang gelombang antara 200-300 nm.
c.    Penentuan kurva baku
       Ukur serapan yang terbentuk pada larutan paracetamol pada konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm. Regresikan agar diperoleh persamaan garis lurusnya.
d.    Penetapan kadar Sirup paracetamol
        Sirup paracetamol sebanyak 1 ml ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,1 N hinga 10 ml kemudian dipipet sebanyak 1 ml ditambahkan air hingga 50 ml. Ukur serapannya. Hitung bobot zat dalam mg dalam sirup.
e.    Penentuan usia simpan sirup paracetamol
•    Sirup paracetamol dimasukkan ke dalam 21 vial masing-masing sebanyak 5 ml
•    Kemudian vial-vial tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40oC, 50oC, dan 60oC, pada jam ke 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180 menit diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol.

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
        Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah batang pengaduk, botol semprot, gelas kimia 100 ml, gelas ukur 10 ml, kuvet, labu takar 10 ml, labu takar 100 ml, labu takar 50  ml, oven, sendok tanduk, spektrofotometer, spoit 1 ml, timbangan, vial.
III.I.2 Bahan
        Alat yang digunakan daam praktikum kali ini adalah Air, Paracetamol, Larutan NaoH 0,1 N, Kertas timbang.
III.2 Cara Kerja
a.    Penetuan panjang gelombang maksimal
                   Sejumlah baku pembanding paracetamol ditimbang seksama dan diencerkan dengan air suling hingga memperoleh konsentrasi 1000 ppm. Sejumlah larutan ini dipipet kedalam labu ukur dan  diencerkan dengan aquadesh sampai tanda hingga konsentrasi 50 ppm, kemudian diukur serapan pada rentang panjang gelombang 200-300. Selanjutnya dibuat kurva antara serapan terhadap penjang gelombang
b.   Penentuan kurva baku
       Larutan paracetamol dibuat dengan konsentrasi 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 ppm. Kemudian masing-masing konsentrasi diukur serapan pada panjang gelombang maksimun selanjutnya dibuat kurva antara serapan terhadap konsentrasi.
c. Penentuan umur simpan paracetamol
           Sirup paracetamol dimasukkan kedalam 21 vial masing-masing sebanyak  5 ml kemudian vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu 400C, 500C, dan 600 C pada jam ke 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
a.    Kurva Baku
Kadar PCT    Absorban
5    0,29
6    0,378
7    0,464
8    0,359
9    0,632
10    0,702
11    0,788
     a =  - 0,14386
    b = 0,0825
    r = 0,93177
b.    Data
Waktu(menit)    400    500    600
0    0,327    0,4103    0,3267
30    0,32    0,4377    0,3327
60    0,3183    0,4303    0,3173
90    0,3123    0,425    0,313
120    0,2917    0,4181    0,3003
150    0,2843    0,4103    0,3437
180    0,298    0,4013    0,2903

    UNTUK SUHU 40O C

    Menit 0
X = y – a  x fp
             b
       = 0,327 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 32,37382
            
    Menit 30
X = y – a  x fp
             b
       =  0,32 + 0,14386   x  6
          0,0825
       = 31,86473

Menit 60
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3183 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 31,74109

Menit 90
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3123+ 0,14386   x  6
             0,0825
       = 31,30473

Menit 120
X = y – a  x fp
             b
       = 0,2917 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 29,80655

Menit 150
X = y – a  x fp
             b
       = 0,2843 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 29,26836

Menit 180
X = y – a  x fp
             b
       = 0,298 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 30,26473


UNTUK SUHU 50O C

Menit 0
X = y – a  x fp
             b
       = 0,4103 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 38,432
            
    Menit 30
X = y – a  x fp
             b
       =  0,4377 + 0,14386   x  6
          0,0825
       = 40,42473

Menit 60
X = y – a  x fp
             b
       = 0,4303 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 39,88655

Menit 90
X = y – a  x fp
             b
       = 0,425 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 39,50109

Menit 120
X = y – a  x fp
             b
       = 0,4181 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 38,99927

Menit 150
X = y – a  x fp
             b
       = 0,4103 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 38,432
Menit 180
X = y – a  x fp
             b
       = 0,4013 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 37,77745

    UNTUK SUHU 60O C

    Menit 0
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3267 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 32,352
            
    Menit 30
X = y – a  x fp
             b
       =  0,3327 + 0,14386   x  6
          0,0825
       = 32,78836

Menit 60
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3172 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 31,66836

Menit 90
X = y – a  x fp
             b
       = 0,313+ 0,14386   x  6
             0,0825
       = 31,35564

Menit 120
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3003 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 30,432
Menit 150
X = y – a  x fp
             b
       = 0,3437 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 33,58836

Menit 180
X = y – a  x fp
             b
       = 0,2903 + 0,14386   x  6
             0,0825
       = 29,70473


c.    Perhitungan konsentrasi sirup PCT
Waktu    40    50        60
0    32,37382    38,432    32,352
30    31,86473    40,42473    32,78836
60    31,74109    39,88655    31,66836
90    31,30473    39,50109    31,35564
120    29,80655    38,99927    30,432
150    29,26836    38,432    33,58836
180    30,26473    37,77745    29,70473

d.    Perhitungan koefisien korelasi
1.    Untuk suhu 400 C
Waktu    Konsentrasi (C)    Log C    1/C
0    32,37382    1,51019    0,03089
30    31,86473    1,50331    0,03138
60    31,74109    1,50162    0,03150
90    31,30473    1,49561    0,03194
120    29,80655    1,47431    0,03355
150    29,26836    1,46639    0,03417
180    30,26473    1,48094    0,03304


2.    Untuk suhu 500 C
Waktu    Konsentrasi (C)    Log C    1/C
0    38,432    1,58469    0,02602
30    40,42473    1,60665    0,02474
60    39,88655    1,60083    0,02507
90    39,50109    1,59661    0,02532
120    38,99927    1,59106    0,02564
150    38,432    1,58469    0,02602
180    37,77745    1,57723    0,02647

3.    Untuk suhu 600 C
Waktu    Konsentrasi (C)    Log C    1/C
0    32,352    1,50990    0,03091
30    32,78836    1,51572    0,03049
60    31,66836    1,50063    0,03158
90    31,35564    1,49632    0,03189
120    30,432    1,48333    0,03286
150    33,58836    1,52619    0,02977
180    29,70473    1,47283    0,03366

e.    Penentuan orde reaksi
Orde    Koefisien korelasi (r)
    400    500    600
0    -0,88683    -0,56779    -0,43410
1    -0,88255    -0,56869    -0, 44816
2    0,87767    0,56960    0,46155
Keterangan :
1.    Untuk orde 0 : regresikan antara waktu dan konsentrasi (C)
2.    Untuk orde 1 : regresikan antara waktu dan log C
3.    Untuk orde 2 : regresikan antara waktu dan 1/C
        Penentuan orde reaksi dilihat dari nilai yang paling mendekati 1/-1
    Jadi, dari hasil perhitungan didapatkan  Orde 2
f.    Penentuan nilai K
Suhu    B    K
40    1,67619 x 10-5    1,67619 x 10-5
50    5,33333 x 10-6    5,33333 x 10-6
60    9,63095 x 10-6    9,63095 x 10-6

Keterangan :
1.    Nilai B didapatkan dari peritungan orde 2 (regresi antara waktu dan 1/C pada masing-masing suhu)
2.    Nilai K untuk orde 0 dan 2 adalah B = K, sedangkan pada orde 1 adalah k = -b x 2,303

g.    Penentuan nilai k pada suhu 25o C dan usia simpan

Suhu    Suhu (oK)    1/T (x)    K    Log K
40    313    3,19489 x 10-3    1,67619 x 10-5    -4,77568
50    323    3,09598 x 10-3    5,33333 x 10-6    -5,27300
60    333    3,00300 x 10-3    9,63095 x 10-6    -5,01633
25    298    3,35570 x 10-3    2,15933 x 10-5    -4,66568

Keterangan :
1.    Suhu (oK) = 273 + suhu (oC)
a.    Untuk suhu 40
= 273 + 40
= 313 oK

b.    Untuk suhu 50
= 273 + 50
= 323 oK
c.    Untuk suhu 60
= 273 + 60
= 333 oK
d.    Untuk suhu 25
= 273 + 25
= 298 oK
2.    Untuk nilai 1/T (x)
a.    Suhu 40o
= 1/313
= 3,19489 x 10-3
b.    Suhu 50o
= 1/323
= 3,09598 x 10-3
c.    Suhu 60o
= 1/333
= 3,00300 x 10-3
d.    Suhu 25o
= 1/298
= 3,35570 x 10-3
3.    Untuk nilai K
a.    Nilai K untuk orde 0 dan 2 adalah B = K, sedangkan pada orde 1 adalah k = -b x 2,303
b.    Peritungan untuk suhu 25o C
Pada orde 2 :
    Log K = Log A –  Ea        1
                  2,303     T
        Y       = a + bx   
   
        Y    =     Log K
Untuk dapat nilai K pada suhu 25o C, maka diregresikan antara x dan log k
Di dapatkan nilai :
    a = 4,06293
    b = - 1,32165
    r = - 0,85447
Y       = a + bx
         = 4,06293 + (- 1,32165) x 3,35570 x 10-3
         = -4,66568
Jadi, Y = Log K
     = -4,66568
         K = antilog K
            = 2,15933 x 10-5
4.    Untuk nilai Log k (log kan pada kolom ketiga = nilai k)
    Perhitungan waktu paruh
          T ½ =     1
        Co x K
       =               1
  24000 x 2,15933 x 10-5
       =         1
    0,51824
                                           =    1,92961 menit

    Perhitungan waktu kadaluarsa
   T90      =             1
           9 x Co x K
      =              1
  9 x 24000 x 2,15933 x 10-5
      =       1
          94,66416
                                            = 0,21440 menit

BAB V
PEMBAHASAN
    Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat).
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik.
    Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien (masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut, obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah :
a.    Kecepatan reaksi
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, seperti suhu, kekuatan ion dan pengaruh pH
c.    Tingkat reaksi dan cara penentuannya.
Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan dari suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu yang lama yang disimpan dalam suhu kamar.
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat, serta menerangkan faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan energi aktivasi dari reaksi penguraian, dan masa simpan suatu zat (bahan obat).
    Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
     Pada uji stabilitas obat terdapat beberapa pereaksi penguraiaan obat yaitu :
a.    Reaksi hidrolisis yaitu reaksi oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion hidrogen (asam) atau ion hidroksil (basa). Usaha penstabilannya yaitu :
1.    Mengatahui pH dimana stabilitas maksimumnya
2.    Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal mungkin
3.    Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar
4.    Menggunakan pelarut bahan air
b.    Reaksi oksidasi yaitu penguraian karena interaksi obat dengan oksigen atau terbentuk radikal-radikal bebas. Usaha penstabilannya yaitu :
1.    Mengganti udara dengan gas inert
2.    Pelarut bebas logam
3.    Menghindari cahaya
4.    Menyimpan pada suhu rendah
c.    Reaksi isomerisasi yaitu suatu perubahan suatu zat kimia menjadi isomer optis atau geometrisnya. Usaha penstabilannya yaitu :
1.    Gunakan bentuk aktifnya
2.    Cari pH stabil maksimum
3.    Memperhatikan jenis buffer yang digunakan
4.    Kekuatan ion, gunakan zat-zat yang mudah terion
5.    Pelarut
6.    penyimpanan
d.    Reaksi fotolisis yaitu penguraiaan obat oleh cahaya. Usaha penstabilannya yaitu :
1.    Sifat molekul obat itu sendiri
2.    pH suatu sediaan
3.    intensitas penyinaran
4.    suhu, kemasan serta sumber radiasi
e.    Reaksi polimerisasi yaitu proses bergabungnya dua atau lebih molekul obat menjadi struktur yang lebih rumit. Usaha penstabilannya yaitu :
1.    Gunakan pH dan larutan buffer yang sesuai
2.    Penggunaan pelarut dan kekuatan ion
3.    Cahaya dan temperatur yang sesuai
    Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga terhindar dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi kapur tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap maksimum pada temperatur tersebut.   
T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.   
Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah paracetamol. Dimana dilakukan penentuan stabilitas obat Paracetamol menggunakan metode grafik berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 (waktu kadaluarsa)  untuk penentuan umur simpan tablet Paracetamol dan menggunakan instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 40o, 50o, dan 60o. Dimana panjang gelombang untuk paracetamol adalah 243 nm, sehingga spektroforometer ditempatkan pada panjang gelombang antara 200 nm-650 nm agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi.
    Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.
    Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 40o, 50o dan 60o adalah dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Jika menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh waktu yang lama untuk dapat terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.
Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur  atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat.
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel terdapat pada orde 2. Waktu paruh (T1/2) adalah 1,92961 menit dan T90 adalah 0,21440 menit berdasarkan suhu yaitu 40o, 50o, dan 60o.
        Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.


BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
a.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, semakin tinggi suhu maka maka stabilitas obat semakin menurun, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, mikroorganisme dan bahan tambahan.
b.    Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel paracetamol adalah 0,21440 menit
c.    Waktu paruh dari sampel paracetamol adalah 1,92961 menit.
IV.2 Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih dilengkapi lagi.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA. Fakultas Farmasi UMI. Makassar.
Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI EDISI IV. UI press. Jakarta.
Ditjen POM. 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Depkes RI. Jakarta.
Ditjen POM. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Depkes RI. Jakarta.
Lacy, Charles. 2009. DRUG INFORMATION HANDBOOK 18th Edition. American Pharmacists Association
Lund, Walter. 1994. THE PHARMACEUTICAL CODEX TWELFTH EDITION PRINCIPLES AND PRACTICE OF PHARMACEUTICS. The pharmaceutical Press. London
Martin, Alfred, dkk., 1983. FAMASI FISIKA. UI – Press. Jakarta.
Martin, Eric W. 1971. DISPENSING OF MEDICATON. Mack Publishing Company.
Parrot L. Eugene, 1978. PHARMACEUTICAL TECHNOLOGY. Burgess Pubhlising Company. USA
.
Voight. R,. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press. Yogyakarta